PELAJARAN 24: PENCOBAAN

BACALAH SENDIRI: Matius 26:57-75

Komik

Animasi

PELAJARAN 24: PENCOBAAN

Hari sudah larut malam ketika Tuhan Yesus ditangkap. Dari taman Getsemani, Tuhan Yesus dibawa ke rumah imam besar. Di sana Dia diadili, dicemooh, dan dipukuli. Murid-murid-Nya telah melarikan diri. Namun, Petrus dan Yohanes mengikuti-Nya dari kejauhan. Mereka pun sampai ke rumah imam besar. Petrus memutuskan untuk masuk ke halaman rumah itu dan duduk bersama orang-orang di sana untuk mendengar apa yang akan terjadi dengan Tuhan Yesus. Ketika tiga orang mengenali Petrus sebagai murid Tuhan Yesus, dia pura-pura tidak mengenal Dia. Dia menyangkali Gurunya!

Sebenarnya, Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa malam itu, Petrus akan menyangkali Dia. Saat mereka masih duduk bersama dalam perjamuan malam itu, Petrus berkata dengan sombong bahwa dia akan mengikuti Yesus ke mana pun. Petrus bahkan berkata bahwa akan menyerahkan nyawanya bagi Tuhan Yesus. Akan tetapi, Tuhan Yesus berkata kepada Petrus bahwa sebelum ayam berkokok, Petrus sudah menyangkali Dia sebanyak tiga kali.

Setelah menyangkali Tuhan Yesus sebanyak tiga kali, Petrus pun mendengar ayam berkokok! Perkataan Tuhan Yesus benar-benar terjadi! Saat Petrus menyadarinya, dia pun menangis dengan sedih.

Ternyata Petrus tidak setia pada perkataannya. Dia menyangkali Tuhan Yesus agar tidak ditangkap. Akan tetapi, Tuhan Yesus tetap setia dengan tugas dari Allah. Dia rela membiarkan diri-Nya ditangkap, diperiksa oleh para pemimpin agama Yahudi, dan dihukum atas kesalahan yang tidak dilakukan-Nya.

Dalam semuanya itu, Tuhan Yesus tetap setia. Dia percaya pada kehendak Allah. Dia akan tetap menjalani semuanya itu karena kasih-Nya kepada Allah dan kepada manusia, bahkan kepada Petrus yang telah menyangkali-Nya.

AYAT HAFALAN: Roma 9:33b

“...barangsiapa yang percaya kepada-Nya takkan dipermalukan.”   (Roma 9:33b)

SIAPAKAH YESUS? → Batu Penjuru

“Batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru..” (1 Petrus 2:7b)

Hanya sedikit orang yang memahami bahwa Tuhan Yesus tetap Anak Allah, bahkan ketika Dia lemah dan tampak tidak berdaya. Banyak orang merasa terganggu terhadap hal itu sehingga tidak percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Itulah arti “tersandung” dalam Roma 9:33.

Bagi kita yang percaya, Tuhan Yesus bukanlah “batu sandungan”, tetapi “batu penjuru”. Pada zaman Tuhan Yesus, batu penjuru sangat menentukan proses pembangunan sebuah rumah. Dengan demikian, Tuhan Yesus adalah satu-satunya Pribadi yang dapat menentukan arah kehidupanmu. Ketika Tuhan Yesus menjadi Batu Penjurumu, kamu bisa dengan yakin membangun kehidupan dan imanmu di atas dasar anugerah-Nya.

DARI PERJANJIAN LAMA:

Mazmur 118:22 berkata bahwa "Mesias akan ditolak seperti batu yang tidak berguna.” Akan tetapi, di atas batu yang ditolak itulah Allah akan memenuhi tujuan-Nya. Melalui Tuhan Yesus, Allah membangun sebuah masa depan yang baru bagi anak-anak-Nya. Dengan kata lain, Tuhan Yesus menjadi dasar bagi gereja-Nya dengan anugerah yang diberikan-Nya.

“Batu yang ditolak oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Ini adalah perbuatan TUHAN, keajaiban-keajaiban di mata kita.”  (Mazmur 118:22-23)

INFO TAMBAHAN → Batu Penjuru

Rumah-rumah di Israel dibangun dengan batu-batu tebal. Warnanya putih bersih karena putih tidak menyerap panas. Rumah-rumah orang kaya memiliki sebuah halaman untuk tempat tinggal binatang mereka. Di daerah pedesaan, binatang-binatang tinggal di dalam rumah. Anak tangga ke atap dibangun di luar rumah karena atap yang datar itu juga bisa dipakai sebagai tempat tinggal.

Banyak rumah di Israel dibangun dari batu alam, terutama untuk fondasinya. Ketika bangunan dimulai, batu penjuru adalah batu pertama yang diletakkan. Ukuran batu itu lebih besar daripada batu-batu lainnya karena berfungsi sebagai penyangga. Batu penjuru ini juga menghubungkan tembok-tembok. Peletakan batu penjuru sangat penting bagi proses pembangunan karena menentukan bagaimana pembangunan keseluruhan rumah. Karena inilah, kualitas batu penjuru sangat penting bagi proses pembangunan. Seperti halnya batu penjuru, Tuhan Yesus adalah pribadi yang sangat penting bagi proses pembangunan hidupmu dan hidup gereja.

Refleksi: KAMU BISA MEMBANGUN DI ATAS YESUS

Mungkin kamu merasa kamu muda dan kuat. Mungkin kamu mengira kamu bisa menaklukkan dunia. Kamu merasa seperti Petrus, sebelum Yesus ditangkap. Akan tetapi, dalam kehidupan nyata, setiap orang dapat menjadi lemah dan tidak berdaya. Saat itulah kamu harus memilih, percaya kepada Tuhan Allahmu atau berusaha untuk menolong dirimu. Ingatlah bahwa Allah selalu bisa diandalkan. Dia mengasihimu. Tidak ada seorang pun yang bisa mengasihimu seperti Allah. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu dan kamu bisa sepenuhnya mengandalkan Dia!

Pertanyaan: TAHUKAH KAMU …?

  1. Berapa kali Petrus menyangkali Tuhan Yesus?

                                                           

  1. Apa yang diingat oleh Simon ketika mendengar ayam berkokok?

                                                           

  1. Dengan siapakah Simon mengikuti Tuhan Yesus dari jauh?

                                                           

  1. Atas dasar apakah para pemimpin agama Yahudi menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus? (Matius 26:65)

                                                           

  1. Mengapa Tuhan Yesus disebut sebagai batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan?
    • a) Karena Tuhan Yesus ditolak oleh para pemimpin agama Yahudi.
    • b) Karena Tuhan Yesus bukan seorang tukang kayu yang baik.
    • c) Karena Tuhan Yesus dipukuli.
  1. Mengapa batu penjuru sangat penting dalam pembangunan rumah?

                                                           

  1. Siapa yang bisa selalu dipercaya:
    • a) Dirimu sendiri
    • b) Teman-temanmu
    • c) Tuhan Allah

Daftar: BACAAN ALKITAB

Minggu   Matius 26:57-68

Senin     Matius 26:69-75

Selasa   Mazmur 118

Rabu      Roma 9:30-33

Kamis    Efesus 2:20-22

Jumat     Matius 7:24-27

Sabtu     1 Petrus 2:4-10

POIN TINDAKAN!

Lengkapilah ayat di bawah ini:

“Jika kita tidak setia,                             ,

karena Ia tidak dapat menyangkal diri-Nya

sendiri.”  (2 Timotius 2:13)